Pers kecil mengambil risiko besar pada buku -buku eksperimental. Itu terbayar.

Beberapa tahun yang lalu, penerjemah Jeremy Tiang menjelajah di sebuah toko buku di Singapura ketika ia menemukan sebuah buku cerita yang tidak biasa.

Ditulis dalam bahasa Cina dengan nama pena, buku, “Lelicious Hunger,” menarik 13 tahun penggemar Hai Fan bertarung di hutan -hutan Malaysia dan Thailand selatan sebagai prajurit gerilya dengan Partai Komunis Malaya.

Tiang tahu mungkin sulit untuk mendaratkan penerbit berbahasa Inggris untuk koleksi cerita dari seorang penulis Singapura yang menulis dengan nama samaran. Tetapi ada satu penerbit, pers kecil di Inggris bernama Tilted Axis, yang dikenal karena mencari karya subversif dan eksperimental dalam terjemahan. Tiang mengirimkan sampel, dan Axis miring membentaknya.

Terjemahan Tiang, dirilis di Inggris musim gugur lalu, memenangkan pena Inggris menerjemahkan penghargaan, menjadi buku pertama dari Singapura yang memenangkan hadiah.

Menerbitkannya di Amerika Serikat terbukti lebih sulit. “Delicial Hunger” diajukan ke 29 penerbit Amerika, tetapi tidak ada yang mengajukan penawaran.

Jadi Tiang sangat gembira ketika dia mengetahui bahwa Axis yang miring memperluas jejaknya ke Amerika Utara. “Lezat Kelaparan” akan mulai dijual di sini Juni ini, salah satu dari hampir 20 judul dari katalog Axis yang miring yang keluar di Amerika Serikat tahun ini. Batch pertama tiba bulan ini.

“Saya tidak tahu bahwa buku itu akan menemukan jalannya ke terjemahan atau ke distribusi AS atau Inggris tanpa seseorang seperti Axis miring untuk memberikannya platform,” kata Tiang, yang telah menerjemahkan lebih dari 30 buku dari Cina ke dalam bahasa Inggris. “Terlalu sering itu kecil, tekan berkelahi yang mengambil risiko ini, dan mereka membuahkan hasil.”

Sejak didirikan satu dekade yang lalu, Axis yang miring telah mendapatkan reputasi untuk mengeluarkan berbagai macam literatur yang menantang genre dalam terjemahan. Dengan hanya delapan karyawan yang bekerja paruh waktu dengan anggaran yang ketat, ia telah menerbitkan 42 buku yang diterjemahkan dari 18 bahasa, termasuk orang Indonesia, Thailand, Vietnam, Hindi, Telugu, Tamil, Armenia timur, Kazakh, Kannada, Bengali, Uzbek dan Turki.

Penerbitan karya -karya dari bahasa, wilayah, dan subkultur yang telah lama diabaikan, mereka menghadapi sedikit persaingan dari rumah -rumah yang lebih besar, yang cenderung condong ke tren dan buku yang sudah mapan dengan pasar yang terbukti (lihat Noir Skandinavia dan Fiksi Penyembuhan Jepang). Mungkin karena alasan itu, Axis yang miring telah mengukir ceruk sastra yang unik, dan telah menarik perhatian para kritikus dan juri hadiah, pendaratan penghargaan besar dan memenangkan pujian untuk para penulis yang tidak dikenal di dunia Anglophone.

“Ada begitu banyak bentuk literatur yang bahkan tidak diketahui orang karena kita tidak memiliki akses ke mereka,” kata Kristen Vida Alfaro, penerbit Axis yang miring. “Setiap terjemahan dari berbagai belahan dunia memiliki potensi untuk memberi Anda tidak hanya perspektif yang berbeda, tetapi jendela menjadi imajinasi yang sama sekali berbeda.”

Pada saat nasionalisme dan isolasionisme meningkat di Eropa dan Amerika Serikat, jendela yang dapat disediakan oleh sastra ke dalam budaya lain terasa penting, kata Alfaro.

“Apa yang kami terbitkan, dan siapa kami dan komunitas yang telah kami buat, itulah yang ingin diberantas iklim ini,” katanya.

Dengan penekanannya pada bahasa dan narasi yang diabaikan yang sering memiliki penekanan aneh atau feminis, poros miring telah membantu mengubah lanskap untuk fiksi yang diterjemahkan, yang merupakan sebagian kecil dari karya yang diterbitkan dalam bahasa Inggris, dan tetap sangat Eurosentris.

Jumlah judul yang diterjemahkan yang dirilis di Amerika Serikat telah melayang -layang hanya beberapa ratus judul setahun selama sebagian besar dekade terakhir.

“Sastra dari Asia umumnya diabaikan di hadapan penerbit spesialis seperti Axis yang miring,” kata Anton Hur, yang terjemahannya termasuk judul Axis yang miring “Love in the Big City,” novel Sang Young Park tentang petualangan romantis pria gay muda di Seoul.

Penerjemah dan penulis mengatakan Axis yang miring juga membantu mengubah bidang terjemahan – melawan konvensi lama di sekitar tidak hanya apa yang diterjemahkan, tetapi siapa yang bisa diterjemahkan, dan bagaimana.

Selama beberapa dekade, profesi ini didominasi oleh penerjemah kulit putih yang berasal dari latar belakang akademik. Axis miring sering mempekerjakan penerjemah dari selatan global, banyak di antaranya tumbuh dewasa dalam bahasa dan budaya buku yang sedang mereka kerjakan. Sepuluh penerjemah mereka menerbitkan terjemahan debut mereka dengan pers, dan beberapa penerjemah pertama kali memiliki buku di bawah kontrak.

Tilted Axis menempatkan nama penerjemah dengan jelas di sampulnya sejak awal, jauh sebelum menjadi lebih umum. Ini juga memberi mereka potongan royalti dan kesepakatan sub-lisensi, yang masih bukan standar. Staf kecilnya mencakup beberapa penerjemah yang secara kolektif berbicara lebih dari setengah lusin bahasa.

Untuk menarik lebih banyak orang ke lapangan, Axis miring telah menyelenggarakan lokakarya terjemahan, termasuk dua program di London tahun lalu yang berfokus pada literatur Vietnam dan Filipina. Ini menerbitkan buku tentang seni terjemahan, yang mengeksplorasi cara warisan kolonial telah membentuk terjemahan sastra, dan menampilkan esai dari 24 penulis dan penerjemah. Antologi, “Fenomena Kekerasan,” sekarang diajarkan di program terjemahan universitas di Amerika Serikat dan Inggris.

“Terjemahan apa yang diterbitkan, yang dapat diterjemahkan, semua masalah ini masih merupakan masalah besar,” kata Khairani Barokka, seorang penulis yang juga menerjemahkan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dan yang berkontribusi pada antologi.

Penulis Cina Yan Ge mengatakan dia terkejut menemukan penerbit berbahasa Inggris untuk novelnya, “Strange Beasts of China,” sebuah kisah nyata tentang seorang ahli kriptooolog amatir yang mempelajari makhluk-makhluk dunia lain. Sejak dirilis di Cina pada tahun 2006, ia tidak pernah menarik penawaran dari penerbit Barat.

Ketika Axis miring merilis terjemahan oleh Jeremy Tiang pada tahun 2020, ia mengagumi ulasan dan perbandingan dengan karya Jorge Luis Borges dan Italo Calvino.

Axis miring memeluk keanehan novel itu, dan membantunya menemukan “ruang di mana saya bisa ada sebagai penulis dalam bahasa Inggris,” kata Yan.

“Mereka tidak mencoba untuk menyemir apa pun agar sesuai dengan selera pembaca bahasa Inggris yang khayalan ini,” katanya. “Mereka menghormati bagaimana hal itu dilakukan dalam bahasa aslinya dan bagaimana hubungannya dengan nilai -nilai budayanya sendiri.”

Novelis dan penerjemah Thuận, yang menulis dalam bahasa Vietnam dan Prancis dan tinggal di Paris, telah menerbitkan tujuh terjemahan bukunya di Prancis sebelum fiksinya membuatnya menjadi bahasa Inggris. Pada tahun 2022, Axis yang miring menerbitkan debutnya yang berbahasa Inggris, sebuah terjemahan oleh Nguyễn sebuah novelnya, “Chinatown,” yang terungkap dalam satu paragraf yang tidak terputus dan terjadi pada metro yang macet di Paris, di mana seorang wanita Vietnam tersesat dalam tersesat dan terjadi pada seorang wanita Vietnam yang tersesat dan tersesat di Vietnam dalam Metro, tempat seorang wanita Vietnam tersesat di Vietnam, tersesat Vietnam dalam Vietnam dalam Vietnam masa lalunya.

Thuận, yang lahir di Hanoi selama Perang Vietnam, telah lama ingin melihat buku -bukunya dalam bahasa Inggris – tidak hanya untuk menjangkau lebih banyak pembaca, tetapi untuk melawan stereotip tentang Vietnam yang bertahan dalam sastra dan film Barat.

Di sebuah acara yang diadakan oleh Axis yang miring di London September lalu untuk merayakan “Lift in Sài Gòn,” rilis bahasa Inggris terbaru Thuận, sebagian besar kerumunan muda yang dikemas ke Liberia, sebuah toko buku kecil di dekat Brick Lane, kadang-kadang mengajukan pertanyaan di Vietnam.

Berbicara melalui seorang penerjemah, Thuận menggambarkan bagaimana karyanya dirilis dalam bahasa Inggris telah mengambil fiksinya ke arah baru, dan memberinya ide untuk novel barunya, “B-52,” katanya.

“Ketika saya mengetahui bahwa buku -buku saya akan diterjemahkan dan diterbitkan oleh Tilted Axis Press dalam bahasa Inggris, saya segera memiliki ide untuk novel perang untuk pembaca Anglophone,” katanya. “Masih ada sedikit tertulis dari perspektif Vietnam Utara tentang topik ini, dan saya percaya orang Amerika masih tidak mengerti perang jika mereka tidak mengerti bagaimana orang Vietnam Utara mengalami perang.”

Sejak awal, Axis miring menonjol karena selera dan kemauannya yang tidak konvensional untuk menerbitkan karya yang mendorong dan mendorong batas.

Pers ini didirikan pada tahun 2015 oleh penerjemah Deborah Smith, yang membuat nama untuk dirinya sendiri ketika terjemahan novel Han Kang, “The Vegetarian,” memenangkan Hadiah Booker Internasional. Itu adalah terjemahan penuh pertama Smith, dan publikasi bahasa Inggris pertama dari sebuah novel karya Han, seorang novelis Korea yang memenangkan Hadiah Nobel untuk sastra tahun lalu.

Its first books included Prabda Yoon’s surreal, postmodern short story collection “The Sad Part Was,” translated from Thai by Mui Poopoksakul, “Panty,” Sangeeta Bandyopadhyay’s erotic novel about a young woman’s sexual awakening in Kolkata, translated from Bengali by Arunava Sinha, dan novel fantastik Hwang Jungeun “Seratus Shadows,” tentang lingkungan yang kumuh di Seoul yang bayangan penghuninya terlepas dari tanah dan bangkit, diterjemahkan dari Korea oleh Jung Yewon.

Dalam beberapa tahun pendiriannya, pers menarik perhatian komite hadiah dan penerbit asing. Pada tahun 2022, Axis yang miring memiliki tiga bukunya tentang daftar panjang untuk Hadiah Booker Internasional, dan menang dengan terjemahan Daisy Rockwell dari “Makam Pasir” Geetanjali Shree, sebuah novel Hindi yang tidak berani tentang seorang wanita tua yang tidak akan keluar tempat tidur.

Tetap saja, bertahan sebagai pers kecil sering menjadi perjuangan. Untuk mendanai terjemahannya, pers, sebuah organisasi nirlaba, sering bergantung pada hibah. Anggarannya sangat ketat sehingga delapan karyawannya semuanya memiliki pekerjaan lain. Bahkan penerbitnya, Alfaro, yang mengambil alih ketika Smith pergi pada tahun 2022, bekerja paruh waktu di sebuah rumah penerbitan yang berspesialisasi dalam buku seni dan anak-anak.

Alfaro berharap kekayaan pers akan membaik tahun ini dengan ekspansi Axis miring ke Amerika Utara, yang akan memberi mereka akses ke pasar yang jauh lebih besar.

Sampai sekarang, Axis miring harus melisensikan terjemahannya ke penerbit Amerika untuk membawa buku -bukunya ke Amerika Serikat, dan hanya sembilan judulnya yang diperoleh. Sekarang setelah itu dapat menjual langsung melalui toko buku Amerika, Axis yang miring mengeluarkan campuran buku -buku baru dan karya -karya lama yang tidak pernah mendaratkan penerbit AS.

Batch pertama dari 11 judul yang tiba bulan ini menawarkan contoh gaya geografis dan geografis pers, dengan karya -karya seperti “Lagi I Hear Waters ini,” sebuah koleksi yang menampilkan puisi oleh 21 penulis Assamese, yang diterjemahkan oleh Shalim M. Hussain; “Saya milik Nowher Mana,” sebuah koleksi puisi oleh aktivis feminis Dalit Kalyani Thakur Charal, yang diterjemahkan dari Bengali oleh Mrinmoy Pramanick dan Sipra Mukherjee, dan novel Hamid Ismailov “The Devils ‘Dance,” yang diterjemahkan dari Uzbek oleh Donald Rayfield.

Ismailov, yang melarikan diri dari Uzbekistan di bawah ancaman penangkapan pada tahun 1992 dan menetap di Inggris, awalnya menerbitkan “The Devils ‘Dance” di Uzbek di Facebook, bab demi bab, setelah menyelesaikannya pada tahun 2012. Sebuah terjemahan sampel menarik perhatian Axis miring, yang mana menerbitkannya pada tahun 2018.

Novel – yang menjalin kisah penulis Uzbek Abdulla Qodiriy, yang dieksekusi pada tahun 1938 selama pembersihan Stalin, dan novel sejarah yang tidak dapat diselesaikan oleh Qodiriy – menjadi karya sastra utama pertama dari Uzbekistan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Keberhasilannya menyebabkan terjemahan beberapa bukunya.

Ismailov memuji pers dengan “memberikan suara kepada yang dibungkam, membuat yang tidak pernah terdengar didengar, dan mendukung penulis yang dibuang dari seluruh dunia,” katanya dalam email.

“Sampai hari ini, saya tetap dilarang di Uzbekistan sebagai penulis, sebagai nama,” kata Ismailov. “Axis miring cukup berani untuk menerbitkan karya saya.”